BlackInNews:
Bahasa merupakan cermin budaya sebuah masyarakat. Di dalamanya terangkum pengakuan dirinya sebagai satu kesatuan yang membedakannya dengan etnis lainya. Namun yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, banyak para penerus ki sunda ini merasa susah menggunakan bahasa sunda ketika bertemu dengan sesama orang sunda dengan berbagai alasan “gengsilah”, canggunglah( misalnya “maaf saya tidak bisa bahasa sunda halus.”) dan banyak lagi alasan lainya. Hanya segilntir oranglah yang masih peduli dengan bahasa daerahnya sendiri. Apalagi sekarang wilayah kantong-kantong berbahasa sunda sudah semakin tersudutkan. Misalnya wilayah Jabodetabek. Dulu menurut ahli sejarah, bahasa sunda di sebarkan pertama dari wilayah tangerang. Namun seiring datangnya orang melayu ke daerah sunda kelapa.
Maka wilayah ini pun berubah haluan menjadi wilayah berbahasa logat betawi. Dan kejadian ini di ikuti oleh wilayah-wilayah di sekitar Jakarta misalnya Tangerang, Bekasi dan Depok. Menurut beberapa sumber, dulu Cibubur adalah wilayah berbahasa Sunda. Pada jaman pemerintahan gubernur Aang junaefi wilayah ini diserahkan ke wilayah Jakarta. Namun, apa yang dapat kita lihat sekarang? Bahasa yang dulu biasa masyarakatnya pakai sudah jarang sekali di temukan.Misalnya lagi wilayah cimanggis yang bertutur sunda kecuali para pendatang, sejak masuk ke wilayah kodya depok kini wilayah dengan tutur sunda itupun semakin susah untuk berbahasa sunda. lama-lama kemungkinan seluruh jawa-barat pun akan kesusahan menemukan bahasa asli daerahnya.Mungkin itulah dampak negatif dari daerah tujuan urbanisasi seperti pulau Jawa. Untuk itu mari kita mulai untuk senantiasa melestarikan bahasa daerah kita sendiri. jangan sampai bahasa daerah kita terkikis habis oleh budaya lain yang merong-ronginya. jangan sampai kita peduli terhadap identitas kita setelah bangsa lain mengklaimnya. Artikel untuk BlackInNews
Bahasa merupakan cermin budaya sebuah masyarakat. Di dalamanya terangkum pengakuan dirinya sebagai satu kesatuan yang membedakannya dengan etnis lainya. Namun yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, banyak para penerus ki sunda ini merasa susah menggunakan bahasa sunda ketika bertemu dengan sesama orang sunda dengan berbagai alasan “gengsilah”, canggunglah( misalnya “maaf saya tidak bisa bahasa sunda halus.”) dan banyak lagi alasan lainya. Hanya segilntir oranglah yang masih peduli dengan bahasa daerahnya sendiri. Apalagi sekarang wilayah kantong-kantong berbahasa sunda sudah semakin tersudutkan. Misalnya wilayah Jabodetabek. Dulu menurut ahli sejarah, bahasa sunda di sebarkan pertama dari wilayah tangerang. Namun seiring datangnya orang melayu ke daerah sunda kelapa.
Maka wilayah ini pun berubah haluan menjadi wilayah berbahasa logat betawi. Dan kejadian ini di ikuti oleh wilayah-wilayah di sekitar Jakarta misalnya Tangerang, Bekasi dan Depok. Menurut beberapa sumber, dulu Cibubur adalah wilayah berbahasa Sunda. Pada jaman pemerintahan gubernur Aang junaefi wilayah ini diserahkan ke wilayah Jakarta. Namun, apa yang dapat kita lihat sekarang? Bahasa yang dulu biasa masyarakatnya pakai sudah jarang sekali di temukan.Misalnya lagi wilayah cimanggis yang bertutur sunda kecuali para pendatang, sejak masuk ke wilayah kodya depok kini wilayah dengan tutur sunda itupun semakin susah untuk berbahasa sunda. lama-lama kemungkinan seluruh jawa-barat pun akan kesusahan menemukan bahasa asli daerahnya.Mungkin itulah dampak negatif dari daerah tujuan urbanisasi seperti pulau Jawa. Untuk itu mari kita mulai untuk senantiasa melestarikan bahasa daerah kita sendiri. jangan sampai bahasa daerah kita terkikis habis oleh budaya lain yang merong-ronginya. jangan sampai kita peduli terhadap identitas kita setelah bangsa lain mengklaimnya. Artikel untuk BlackInNews
No comments:
Post a Comment