Untuk menjadi negeri mandiri diperlukan generasi penerus yang bisa membawa atmosfer negeri tercinta ini ke dalam sebuah kemandirian, oleh karena itu diperlukanlah sebuah inovasi dalam mewujudkannya dan inovasi untuk Indonesia mandiri itu adalah anda (kita sebagai generasi penerus bangsa). Kita lah inovasi sebenarnya negeri ini, oleh karena itu dari diri sendiri kita harus memulai sebuah kemandirian sebagai cerminan untuk kemajuan bangsa yang mandiri .
Bagaimana cara berinovasi yang saya lakukan untuk Indonesia Mandiri? Berikut saya akan menceritakan pengalaman gagal saya yang pada akhirnya mengantarkan pada sebuah inovasi untuk menjadi sebuah pribadi yang mandiri sebagai aset negeri tercinta kelak.
Menjadi pecinta kebudayaan adalah salah satu minat saya, khususnya kebudayaan tanah kelahiran saya sendiri yaitu Sunda dan pada umumnya kebudayaan Indonesia. Karena kesenangan tersebut saya pun selalu berusaha mempelajari alat musik tradisional Sunda dan hobi mengoleksi lagu-lagu bernuansa kental daerah Sunda. Setelah beberapa lama sekitar 2 tahun yang lalu tepatnya dimasa menduduki bangku perkuliahan, saya pun mempunyai keinginan untuk bisa memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke luar negeri tentunya secara gratis, alias dibiayai, mengingat segi financial sangat tidak memungkinkan jika berangkat menggunakan uang sendiri. Meskipun tidak pandai menari, menyanyi, dan hanya menguasai sedikit suling Sunda. Ingin rasanya saya membawakan kebudayaan Indonesia di luar negeri, merasakan kebanggaan menjadi seorang pemuda Indonesia dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan menampilkan kebudayaan Indonesia.
Dalam mewujudkannya, dimulai dari tahun 2010 saya pun aktif mengikuti seleksi pertukaran dan acara yang melibatkan unsur kebudayaan, tentunya dengan biaya yang di cover oleh penyelenggara dalam hal ini pemerintah, kampus ataupun swasta. Masih teringat jelas perjuangan kala itu untuk menjadi kandidat wakil Indonesia untuk bisa memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Dari Mulai program kebudayaan yang diadakan atas kerjasama kampus tercinta yaitu Universitas Indonesia dengan negara tujuan seperti program STISS ke korea, saya pun sangat antusias namun harapan saya terhenti karena tidak mampu melalui tahap akhir seleksi. Kemudian dari institusi swasta seperti IELSP ke Amerika, program YCAP dan IYP ke korea berakhir dengan akhir yang sama hanya bisa sampai tahap akhir seleksi tanpa menjadi delegasi. Lain lagi dengan program yang saya ikuti dari pemerintah yaitu program pertukaran pemuda antar negara, program inilah yang paling saya harapkan bisa ikut, karena program ini lebih kental unsur kebudayaan yang akan dibawa nantinya dan saya sangat berharap bisa menjadi bagian dari pemuda yang akan menjadi wakil Indonesia. Namun, 2 kali saya mengikuti program pertukaran pemuda antar negara yang di selenggarakan oleh pemerintah tidak mampu meloloskan saya sebagai delegasi, saya pun hanya mampu mencapai seleksi akhir tahap karantina.
Tahun 2012 pun cepat berganti, dan mimpi saya sebelum wisuda untuk bisa memperkenalkan budaya Indonesia keluar dan merasakan kebanggaan menjadi seorang Indonesia pun terancam tidak akan terwujud karena saya akan wisuda pada september 2012. Dan waktu itu sudah memasuki bulan April, tersisa waktu 5 bulan lagi untuk mewujudkan mimpi.
Setelah termenung saya pun mendapatkan sebuah ilham, dengan menemukan teman-teman mahasiswa yang peduli terhadap kebudayaan dan bercita-cita untuk menjalin persahabatan melalui budaya di kawasan ASEAN. Saya pun dan teman-teman bergabung dalam sebuah komunitas ASEAN Youth Friendship and Network, dimana disini kami bercita-cita menjalin kerjasama dengan pemuda dari ASEAN melalui unsur kebudayaan dalam rangka mendukung komunitas ASEAN 2015. Dan, target negara tujuan pun ditentukan, pertama yaitu menjalin kerja sama dengan pemuda Filipina melalui mahasiswa Ateneo de Manila University. Untuk mewujudkannya, tidaklah gratis karena kita tidak dibantu oleh pemerintah ataupun pihak swasta, kami sendiri, dan dengan kemandirian dan tekad yang kuat ingin merasakan kebanggaan memperkenalkan budaya Indonesia, kami pun berusaha tidak lagi tergantung pada program pemerintah, kampus dan instistusi yang bisa membiayai keinginan kami. Saya harus mandiri! dengan berusaha mencari pendanaan sendiri dengan mengajukan proposal pendanaan. Untuk tiket pesawat mencari sponsor ke maskapai penerbangan, untuk pendanaan mengajukan sponsor ke institusi pemerintah seperti DEPDIKBUD dll, dan ke beberapa perusahaan swasta tapi sayang fax, telp dan konfirmasi penolakan yang pada akhirnya saya terima.
Akhirnya, karena waktu semakin sempit karena menjelang waktu wisuda saya pun berusaha mencari pekerjaan part-time di beberapa tempat dan menjadi volunteer di berbagai kegiatan untuk memenuhi mimpi saya dan alhamdulilah dari hasil kemandirian ini bisa membiayai tiket pesawat dan sebagian biaya hidup yang akan di habiskan selama 10 hari di Filipina. Teman-teman yang lain pun yang tergabung dalam komunitas ini pun sama mereka mencari sendiri dana untuk bisa melaksanakan pengenalan budaya ke Filipina.
Kami ingin sekali memperkenalkan kebudayaan Indonesia, walaupun kegiatan kami tidak didukung oleh pemerintah. Namun, untuk melaksanakan kegiatan positif kita tidak harus menunggu pemerintah. Selagi kita bersungguh-sungguh dan dengan kemandirian dan tekad yang kuat sebagai seorang generasi penerus bangsa sudah seharusnya kita menjadi inovasi untuk diri sendiri untuk lebih mandiri. Bersama-sama kami pun berdiskusi dan berlatih untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke pemuda Filipina di Ateneo de Manila University sebelum kami berangkat pada bulan July.
Dan akhirnya inilah saya bersama teman-teman dari Indonesia dan pemuda Filipina melakukan pengenalan budaya masing-masing di tanah Jose Rizal, Philippines.
Dan berikut ini adalah presentasi video yang saya buat sendiri untuk memperkenalkan kebudayaan Sunda di Filipina
Bagaimana cara berinovasi yang saya lakukan untuk Indonesia Mandiri? Berikut saya akan menceritakan pengalaman gagal saya yang pada akhirnya mengantarkan pada sebuah inovasi untuk menjadi sebuah pribadi yang mandiri sebagai aset negeri tercinta kelak.
Menjadi pecinta kebudayaan adalah salah satu minat saya, khususnya kebudayaan tanah kelahiran saya sendiri yaitu Sunda dan pada umumnya kebudayaan Indonesia. Karena kesenangan tersebut saya pun selalu berusaha mempelajari alat musik tradisional Sunda dan hobi mengoleksi lagu-lagu bernuansa kental daerah Sunda. Setelah beberapa lama sekitar 2 tahun yang lalu tepatnya dimasa menduduki bangku perkuliahan, saya pun mempunyai keinginan untuk bisa memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke luar negeri tentunya secara gratis, alias dibiayai, mengingat segi financial sangat tidak memungkinkan jika berangkat menggunakan uang sendiri. Meskipun tidak pandai menari, menyanyi, dan hanya menguasai sedikit suling Sunda. Ingin rasanya saya membawakan kebudayaan Indonesia di luar negeri, merasakan kebanggaan menjadi seorang pemuda Indonesia dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan menampilkan kebudayaan Indonesia.
Dalam mewujudkannya, dimulai dari tahun 2010 saya pun aktif mengikuti seleksi pertukaran dan acara yang melibatkan unsur kebudayaan, tentunya dengan biaya yang di cover oleh penyelenggara dalam hal ini pemerintah, kampus ataupun swasta. Masih teringat jelas perjuangan kala itu untuk menjadi kandidat wakil Indonesia untuk bisa memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Dari Mulai program kebudayaan yang diadakan atas kerjasama kampus tercinta yaitu Universitas Indonesia dengan negara tujuan seperti program STISS ke korea, saya pun sangat antusias namun harapan saya terhenti karena tidak mampu melalui tahap akhir seleksi. Kemudian dari institusi swasta seperti IELSP ke Amerika, program YCAP dan IYP ke korea berakhir dengan akhir yang sama hanya bisa sampai tahap akhir seleksi tanpa menjadi delegasi. Lain lagi dengan program yang saya ikuti dari pemerintah yaitu program pertukaran pemuda antar negara, program inilah yang paling saya harapkan bisa ikut, karena program ini lebih kental unsur kebudayaan yang akan dibawa nantinya dan saya sangat berharap bisa menjadi bagian dari pemuda yang akan menjadi wakil Indonesia. Namun, 2 kali saya mengikuti program pertukaran pemuda antar negara yang di selenggarakan oleh pemerintah tidak mampu meloloskan saya sebagai delegasi, saya pun hanya mampu mencapai seleksi akhir tahap karantina.
Tahun 2012 pun cepat berganti, dan mimpi saya sebelum wisuda untuk bisa memperkenalkan budaya Indonesia keluar dan merasakan kebanggaan menjadi seorang Indonesia pun terancam tidak akan terwujud karena saya akan wisuda pada september 2012. Dan waktu itu sudah memasuki bulan April, tersisa waktu 5 bulan lagi untuk mewujudkan mimpi.
Setelah termenung saya pun mendapatkan sebuah ilham, dengan menemukan teman-teman mahasiswa yang peduli terhadap kebudayaan dan bercita-cita untuk menjalin persahabatan melalui budaya di kawasan ASEAN. Saya pun dan teman-teman bergabung dalam sebuah komunitas ASEAN Youth Friendship and Network, dimana disini kami bercita-cita menjalin kerjasama dengan pemuda dari ASEAN melalui unsur kebudayaan dalam rangka mendukung komunitas ASEAN 2015. Dan, target negara tujuan pun ditentukan, pertama yaitu menjalin kerja sama dengan pemuda Filipina melalui mahasiswa Ateneo de Manila University. Untuk mewujudkannya, tidaklah gratis karena kita tidak dibantu oleh pemerintah ataupun pihak swasta, kami sendiri, dan dengan kemandirian dan tekad yang kuat ingin merasakan kebanggaan memperkenalkan budaya Indonesia, kami pun berusaha tidak lagi tergantung pada program pemerintah, kampus dan instistusi yang bisa membiayai keinginan kami. Saya harus mandiri! dengan berusaha mencari pendanaan sendiri dengan mengajukan proposal pendanaan. Untuk tiket pesawat mencari sponsor ke maskapai penerbangan, untuk pendanaan mengajukan sponsor ke institusi pemerintah seperti DEPDIKBUD dll, dan ke beberapa perusahaan swasta tapi sayang fax, telp dan konfirmasi penolakan yang pada akhirnya saya terima.
Akhirnya, karena waktu semakin sempit karena menjelang waktu wisuda saya pun berusaha mencari pekerjaan part-time di beberapa tempat dan menjadi volunteer di berbagai kegiatan untuk memenuhi mimpi saya dan alhamdulilah dari hasil kemandirian ini bisa membiayai tiket pesawat dan sebagian biaya hidup yang akan di habiskan selama 10 hari di Filipina. Teman-teman yang lain pun yang tergabung dalam komunitas ini pun sama mereka mencari sendiri dana untuk bisa melaksanakan pengenalan budaya ke Filipina.
Kami ingin sekali memperkenalkan kebudayaan Indonesia, walaupun kegiatan kami tidak didukung oleh pemerintah. Namun, untuk melaksanakan kegiatan positif kita tidak harus menunggu pemerintah. Selagi kita bersungguh-sungguh dan dengan kemandirian dan tekad yang kuat sebagai seorang generasi penerus bangsa sudah seharusnya kita menjadi inovasi untuk diri sendiri untuk lebih mandiri. Bersama-sama kami pun berdiskusi dan berlatih untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke pemuda Filipina di Ateneo de Manila University sebelum kami berangkat pada bulan July.
Dan akhirnya inilah saya bersama teman-teman dari Indonesia dan pemuda Filipina melakukan pengenalan budaya masing-masing di tanah Jose Rizal, Philippines.
Saya berbaju adat sunda dan rekan saya novitha |
Bener banget gan.
ReplyDeletegokil nih blog... promosi ei... ya namanya juga usaha. salam sukses.
ReplyDelete